Dalam perjalanan ke Ramelle, Kapten Miller memutuskan untuk menetralisir sebuah senjata mesin Jerman di dekat sebuah stasiun radar yang telah ditinggalkan. Hampir semua anak buahnya menentang keputusan itu. Alasan mereka, itu bukan misi utama. Tapi Miller menghardik, jika tidak "dibersihkan", pasukan yang akan datang setelah mereka akan jadi korban. Mereka pun bertempur. Wade, seorang tenaga medik, terluka parah. Miller dan anak buahnya menutup lubang-lubang peluru di tubuhnya ketika Wade mulai tersedak oleh darahnya sendiri. Ditanya apa permintaan terakhirnya, Wade hanya meminta lebih banyak morfin. Dan dia selesai..
Tentara Jerman terakhir yang masih hidup di situ jadi bulan-bulanan mereka. Geram, semua orang sepakat bunuh. Tapi Kopral Timothy P. Upham bersikeras si Jerman tak boleh dibunuh. "It's against the Goddamn rules!" sergahnya pada Kapten Miller. Lalu Miller pun melepas si Jerman dengan mata tertutup kain, berjalan ke depan, menghitung hingga 1000.
Di Ramelle, pertempuran hebat tak terelakkan. Upham yang sedari awal tak pernah membunuh, ditugasi untuk membawa amunisi ke personil yang terpisah-pisah. Mellish di lantai atas sebuah bangunan tua, menghantam pasukan Jerman dengan senapannya dari atas. Sadar kehabisan peluru, Mellish memanggil-manggil Upham yang di luar berdiri kaku, gemetar oleh desing peluru. Dengan sisa-sisa keberanian akhirnya dia berhasil mendekat ke tempat Mellish. Di atas Mellish bertarung tangan kosong dengan seorang Jerman - ternyata si Jerman yang dulu mereka lepaskan atas ketidaksetujuan Upham. Mellish mati oleh sebuah tikaman yang begitu lambat ke jantungnya. Dia memandangi mata si Jerman yang menikamnya itu. Mungkin masih didengarnya bunyi logam tajam itu menembus daging, tulang dada, dan kemudian jantungnya. Dia pun selesai.
Di bawah, Upham terisak, mendengar suara Mellish tak lagi ada. Tangannya telah ada di picu senapan, gemetar. Si Jerman turun, tak menghiraukannya karena menganggapnya tak akan bisa berbuat apa-apa.
Barangkali Upham akan mengenang, sekiranya dulu dia setuju si Jerman di-"selesaikan" saja, Mellish masih akan bisa tertawa bersamanya. Barangkali-barangkali yang tak akan menghasilkan apa-apa. Ada saat di mana nilai-nilai kebaikan menjadi begitu abu-abu. Upham tentu berharap rasa kemanusiaan berbuah rasa kemanusiaan pula. Tapi dia lupa ini perang. Bahkan mungkin untuk menyebut "against the rules" pun siapa saja perlu merenung dalam perang. Membingungkan. Terlalu banyak yang tak adil. Saya, di satu sisi, geram pada Upham dan menyebutnya banci - apalagi dia pula yang selamat dari pertempuran Ramelle itu. Tapi benarkah mematuhi peraturan - tidak membunuh musuh yang telah menyerah - sepenuhnya salah? Lantas apa yang benar? Saya tetap geram setelah selesai menonton Saving Private Ryan itu, tapi tak berani lagi menghakimi.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment